Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-276 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Ikutlah Aku!” (Lukas 9:59)

 

Ikut Tuhan Yesus itu susah-susah gampang. Kebanyakan orang, kalau saya perhatikan, terbagi atas tiga kelompok. Kelompok pertama adalah orang yang jelas-jelas gak mau ikut Yesus, sementara kelompok kedua adalah orang yang sudah yakin 100% ikut Tuhan Yesus dan kelompok ketiga adalah yang paling susah, karena masih antara ya dan tidak. Mau ikut tapi kok gimana ya. Banyak sekali alasannya: anakku masih kecil, ortuku sudah tua, cicilan rumah kan belum selesai, kalau ikut Tuhan nanti tidurnya dimana, padahal spring bedku di rumah empuk.

Ini semua adalah orang-orang yang siap membajak tapi masih menoleh ke belakang, alias mendua hati, masih in between, gagal move on karena hatinya masih terpaut dengan hal-hal lain di luar Tuhan Yesus. Sama seperti seorang anak muda yang bertanya, “Tuhan Yesus, apa lagi yang harus aku lakukan?” (Matius 19:20-21). Jawab Tuhan Yesus simpel aja, “Jual semua hartamu dan ikutilah aku!” Spontan si anak muda itu kaget dan mundur teratur.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-276 ini, apakah berarti kita harus menjual seluruh harta kita untuk ikut Tuhan Yesus seperti St Francis? Buat kita yang sudah berkeluarga, itu bukan suatu hal yang bijak. Karena kita masih punya kewajiban untuk menghidupi mereka.

Tapi yang Tuhan Yesus inginkan adalah agar hati kita jangan lagi terpaut pada harta. Ikut mamon atau ikut Tuhan Yesus? Ikut mamon pasti tak akan ada habisnya, misalnya awalnya berpikir akan ikut Tuhan kalau sudah punya tabungan $1M, tapi setelah kesampaian lalu gak puas dan mau nambah lagi, dan lagi dan lagi.

Tapi cara kita ikut Tuhan Yesus juga bisa dengan menggunakan harta yang dititipkan kepada kita untuk kesejahteraan orang lain juga supaya kita jangan menjadi mata air yang mengecewakan. Sehingga lewat hidupku, uangku, pikiranku, dan tenagaku, kita juga bisa menjadi berkat bagi orang-orang lain.