Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-94 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” (Lukas 24:32)

 

Setiap kali terdengar lagu Terbatas TanpaMu, saya selalu teringat akan masa-masa sulit dan gelap yang saya dan istri saya alami. Saat itu kami divonis tidak subur dan menghadapi kemungkinan besar melalui masa tua kami tanpa keturunan. Dokter setengah memaksa kami mengikuti proses bayi tabung, yang syukurnya sampai akhir tetap kami tolak karena tidak sejalan dengan iman gereja. Masa depan terasa hambar tanpa anak-anak untuk kami didik dan pelihara, sehingga hasil kerja kami pun terasa tak ada nilainya. Lagu ini menemani saya berdoa kepada Tuhan saat saya menerima kenyataan bahwa jawaban Tuhan tidak seperti yang saya mau. Puji nama Tuhan kami mengalami mujizat Tuhan secara pribadi, dan hari-hari ini diramaikan oleh kehadiran dua orang putra.

Dalam Injil hari ini, Yesus melakukan hal yang sungguh serupa dengan Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi yang kita rayakan setiap Minggu. Hal ini membuat kedua murid teringat akan Yesus dan mampu mengenali Dia kembali setelah perjalanan yang jauh bersamaNya. Allah kita adalah pribadi yang romantis, Ia mempertemukan kita kembali kepada hal-hal yang menggugah ingatan kita pada kasih yang semula. Ia terus menyapa kita. Ia menghendaki kita terus melekat kepadaNya dalam situasi apa pun juga, bukan hanya ketika sedang dirundung masalah.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-94 ini, marilah kita semakin peka dengan cara-cara Tuhan menyapa kita. Kita lakukan setiap aktivitas dalam liturgi kehidupan ini sebagai respon kita terhadap kasihNya yang begitu besar yang membawa Yesus untuk menyerahkan hidupNya di kayu salib. Selamat beraktivitas, Tuhan menyertai kita semua!