Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-339 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya.” (Yesaya 25:6)

 

Penulis refleksi harian hari ini sedang sangat lapar saat menulis refleksi harian. Rasa lapar memang tidak menyenangkan karena bisa mempengaruhi daya konsentrasi dan emosi. Ada istilah populer ‘hangry’ atau ‘hungry and angry’ yang bikin kita menderita selama perut masih kosong. Saat lapar, kita juga biasanya banyak berpikir tentang makanan dan sudah naluri bagi manusia untuk mencari makan supaya mendapat kelegaan.

Di bacaan Injil hari ini, orang-orang yang mengikuti Yesus kelaparan setelah mengikutiNya selama tiga hari. Hidup kita mengikuti Kristus mungkin juga seperti orang-orang ini. Dalam hidup sehari-hari, melayani dan berusaha berbuat baik seturut perintah Allah, lama-lama kita menjadi capai dan butuh kelegaan. Meski kita bisa beristirahat dan lalu kembali lagi melayani, kita tidak lepas dari perasaan capai, lapar dan kesakitan. Seperti inilah hidup kita di dunia, kelegaan dan kekenyangan yang kita dapatkan belumlah kekal dan hanya bersifat sementara.

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-339 ini berbicara tentang kelegaan abadi yang Tuhan akan berikan bagi kita saat Ia datang kembali. Jika saat ini kita merasa ‘down’ atau putus semangat dalam mengikuti Dia, Tuhan mau mengingatkan bahwa pada saatnya nanti kita semua akan ‘dikenyangkan’ dimana akan ada perjamuan besar bagi kita, sorak sorai dan sukacita yang abadi. Hendaklah kita sabar dan berpegang pada janjiNya ini.