Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-311 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
“Barangsiapa tidak memanggul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:27)
Ternyata itulah persyaratan yang Yesus berikan pada kita semua yang mau menjadi murid Kristus, tidak mudah ya? Apalagi di ayat sebelumnya (ayat 26) dikatakan pula “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan , bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”.
Rupanya ada sesuatu yang mesti dilepas untuk menjadi murid Yesus! Inilah yang dimaksudkan dengan penyangkalan diri.
Bukankah hubungan kekerabatan penting dan menyenangkan? Tapi rupanya Yesus ingin diutamakan dibandingkan kekerabatan. Bahkan nyawapun dianggap tidak sepenting menjadi murid Yesus.
Menjadi murid-murid Yesus prosesnya melewati tahapan-tahapan berikut :
- Metanoia atau pertobatan, meninggalkan manusia lama yang penuh dosa untuk ikut Yesus.
- Kenosis pemurnian diri melalui penyangkalan diri.
- Comunio menjawab ajakan untuk bersatu dengan Tuhan Yesus.
- Imitatio mengikuti ajaran dan teladan Yesus melalui perbuatan.
Refleksi harian Katolik Epiphany Halaman ke-311 ini mengajak kita, Anda dan saya untuk mengutamakan Yesus dalam hidup kita dengan mengesampingkan kesenangan duniawi. Menjadi murid Kristus berarti kita bersedia bekerja sama dan menjawab ajakan Yesus untuk mengasihi. Dan yang terakhir adalah, menjadi murid Kristus artinya kita mau menjalankan hidup ini sesuai dengan teladan Yesus sendiri, mempunyai hati penuh dengan belas kasih dan memiliki kelakuan sesuai dengan gambaran Allah, sehingga orang dapat melihat kasih Yesus dalam diri kita murid-murid Kristus. Amin.