MENJADI SALURAN BERKAT TUHAN
Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-140 dari 365 halaman dalam tahun.
“Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.” (Kis 16: 9,10)
Merespon pesan Tuhan
Dalam mengikuti Yesus, kita tentu ingin sekali bisa mendapat penglihatan tentang Tuhan atau mendengar secara jelas (audible) suara Tuhan seperti yang dialami oleh Paulus & teman-temannya. Lucunya sebagai manusia, kita lebih sering terfokus/mempertanyakan apa yang Tuhan bisa lakukan. Bukankah sebaliknya, yang kita bisa renungkan lewat bacaan kitab suci hari ini adalah sikap para murid.
Ketika Paulus & yang lain mendengar suara Tuhan dan mendapat penglihatan, reaksi mereka adalah bersegera dan melakukan apa yang mereka imani Tuhan mau mereka lakukan. Kalau kita baca di ayat sebelumnya, dikatakan juga “Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.” (Kis 16: 7)
Tuhan kita tidak berubah dari dahulu, sekarang dan selama2nya. Dia berjanji akan menyertai kita, yang artinya bukan cuma menguntit/mengikuti kita, tetapi Dia akan melindungi kita, menuntun kita, dan mendidik kita dalam kebenaran. Tuhan selalu rindu untuk berkomunikasi dengan kita.. rindukah kita?
Maukah kita bertindak segera menjalankan perintah Tuhan?
Sebagai orang tua tentu bisa lebih mengerti dalam hal ini. Mereka akan sedih kalau anak-anaknya diberitahu/diajari, namun cuma mendengar dan tidak melaksanakan. Yang ada malah melengos, mungkin membelot ( atau memberontak ). Demikian juga seperti atasan kepada bawahannya, dan juga dalam hubungan suami istri. Kalo bahasa gaulnya cuma masuk kuping kiri, keluar kuping kanan ?. Tentu gregetan kalau ketemu orang-orang seperti ini. Bagaimanapun Tuhan tetap dengan sabar membimbing kita.
Di renungan harian Katolik halaman ke-140 ini, marilah kita bersama-sama melatih sikap taat & peka dalam memenuhi panggilan hidup kita. Kalau hanya sebatas ingin bisa mendengar suara Tuhan atau mendapat penglihatan atau mimpi, namun kita tidak bergerak/meresponi (mungkin karena ragu apakah itu suara Tuhan atau bukan, atau takut apa pikiran orang lain kalau saya melakukan hal yang tidak normal/umum ) maka kita tidak akan pernah menjadi perpanjangan tanganNya. Tentunya kita tidak mau semua karunia yang Tuhan berikan hanya akan menjadi hal yg sia-sia saja bukan?