Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-202 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Lihatlah, itu HambaKu yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepadaNya jiwaKu berkenan; Aku akan menaruh rohKu ke atasNya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa …” (Matius 12:18)

Kutipan ayat di atas adalah nubuat nabi Yesaya tentang Hamba Tuhan yang digenapi oleh Kristus.

Demikian banyaknya pewahyuan Allah tentang kedatangan Sang Juru Selamat, namun saat Ia hadir ke muka bumi justru banyak yang tidak percaya. Banyak orang Farisi yang notabene terpelajar tentang hukum Taurat dan kitab para nabi, justru menolak dan akhirnya bersekongkol untuk membunuh Yesus kegenapan nubuat Yesaya. Pikiran mereka terbatas pada pengertian mereka sendiri, menolak pembaharuan / penggenapan janji Allah dengan cara yang lebih sempurna: pembebasan dari dosa, bukan dari penjajahan Romawi, belas kasih di atas kurban.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sungguh percaya dan terbuka pada pembaharuan yang Yesus lakukan? Ia sendirilah Anak Domba Allah yang dikurbankan bagi keselamatan kita dalam Paskah yang baru. Ia jugalah Sang Roti Hidup yang menjadi makanan sepanjang perjalanan kita dari kehidupan dosa kepada kehidupan abadi di sorga, layaknya manna menjadi makanan umat Israel dari Mesir kepada tanah terjanji.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-202 ini, pilihan ada di tangan kita. Maukah kita percaya penuh kepadaNya, yang kedatanganNya sudah lebih dahulu diwahyukan? Ataukah kita akan seperti kebanyakan orang Farisi yang ngotot dengan pemahaman mereka sendiri dan akhirnya menolak Yesus?