Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-279 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. (Lukas 10:24)

Ayah saya dulunya beragama Konghucu. Ia memutuskan untuk dibaptis Katolik dan ikut pelajaran agama bersama orang-orang lain. Sebelum pelajaran agama berakhir, ada beberapa temannya yang mengurungkan niat menjadi Katolik karena ada hal-hal aneh yang terjadi. Ada yang bisnisnya tiba-tiba gagal, ada yang menghadapi masalah tak terduga. Nenek saya juga hampir gagal menjadi Katolik karena sebelum ia dibaptis tiba-tiba patung-patung dewa yang ada di ruang doa agama sebelumnya berjatuhan tanpa ada yang menyentuh. Buat kami ini bukan kebetulan, ada roh-roh yang tidak senang dan menghalangi orang untuk ikut Tuhan.

Saya bersyukur kalau ayah dan nenek saya bisa melihat makna sebenarnya di balik kejadian-kejadian ini. Seperti penglihatan Yesus di Lukas 10:18 – Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Mereka sadar kalau justru keputusan mereka ikut Tuhan itu benar! Kami juga percaya kalau kemampuan mereka melihat hal ini adalah suatu karunia dari Tuhan.

Terkadang mungkin kita menjadi terbiasa menyaksikan hal-hal yang Allah perbuat di sekitar kita. Orang bertobat, disembuhkan, dihibur, mukjizat-mukjizat kecil dalam hidup semua bisa menjadi biasa-biasa aja bagi kita.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-279, kita mau diingatkan kalau perbuatan Allah yang kita saksikan sepanjang perjalanan hidup sebagai seorang Katolik ini adalah hal-hal yang luar biasa dan tidak semua orang bisa melihatnya!

Kita juga diingatkan untuk tidak berasumsi kalau orang lain sadar akan pentingnya sharing kesaksian hidup kita, supaya orang lain bisa juga melihat dan mendengar betapa dahsyatnya Allah kita.