Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-160 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibuNya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. (Lukas 2:51)
Hari ini kita memperingati hati tersuci Santa Perawan Maria yang terpancarkan melalui bacaan-bacaan hari ini. Kita sungguh bersyukur mempunyai bunda Maria sebagai teladan bagi kita.
Injil hari ini mengangkat kisah Yesus pada umur 12 tahun dalam Bait Allah. Satu poin yang ingin diangkat adalah bagaimana Bunda Maria melalui ini semua dan menyimpan semua perkara dalam hatinya.
Membayangkan apa reaksi saya kalau mengalami apa yang Santo Yusuf dan Bunda Maria alami, saya rasa belum sanggup untuk meresponi keadaan seperti Bunda Maria. Bayangkan saja, 3 hari mencari anak tunggal, pasti cemas, tidak bisa tidur nyenyak, makan tidak enak, badan letih karena perjalanan jauh, dan emosi akan lebih menguasai kita. Setelah akhirnya menemukan si anak, jawaban yang diberikan seperti tidak menghargai usaha anda mencarinya. Wajar rasanya untuk memarahi habis-habisan, mungkin termasuk menghukum. Tapi Injil mencatat bahwa tidaklah mustahil untuk memberi reaksi berbeda. Bunda Maria menyimpan semuanya itu dalam hatinya, yang saya yakin juga ia curahkan melalui doa-doanya.
Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-160 ini, mari kita kembali pada teladan yang telah diberikan pada kita. Kiranya kita belajar meresponi keadaan seperti yang Tuhan ingini, bukan yang berasal dari emosi sesaat. Kita juga jangan memendam emosi saja, tetapi bawalah semuanya dalam doa kita dan kiranya Tuhan menghibur dan memampukan kita bersikap seperti Santa Maria sendiri.