HIDUP MELAWAN DUNIA

Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-213 dari 365 halaman dalam tahun.

 

“… orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka.” Mat 13:43

 

Tekanan dunia untuk berpaling dari Tuhan

Kita semua hidup di tengah-tengah benih lalang dan benih yang baik. Atau dengan kata lain, kita hidup di antara benih-benih lalang dan benih yang baik, di antara tawaran setan atau kehendak Tuhan. Untuk hidup di antara, atau di tengah-tengah, itu memang tidak gampang. Di satu sisi kita berusaha untuk hidup baik (yang sesuai dengan perintah Tuhan Yesus), namun kita juga dikelilingi orang-orang yang berpikiran duniawi. Sehingga akhirnya kita malah diledekin: “sok suci luh..“, atau “kolot lu.. sekarang kan udah modern“.

Tidak heran kalau pada akhirnya banyak orang yang memilih untuk meninggalkan nilai-nilai agamanya, dan memilih untuk menerima tawaran-tawaran dunia yang menggiurkan. Banyak anak Tuhan berpaling demi tidak dianggap ketinggalan, dan supaya tetap bisa mengikuti #tren #hidup #kekinian.

Sebagai contoh kisah nyata, di kantor saya baru-baru ini, seorang kolega teman saya kedatangan keponakannya yang baru saja tamat kuliah di UK. Namun begitu mendarat, ia buru-buru ingin ketemu dengan seorang “teman”. Kolega saya bingung karena seumur-umur dia belum pernah ke Australia, jadi bagaimana mungkin ia punya “teman”. Selidik punya selidik, kemudian diketahui keponakannya memakai aplikasi yang sedang populer saat ini, agar bisa “bertemu” dengan wanita lokal. Tentu saja “bertemu” bukan hanya sekedar minum kopi bareng, melainkan untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai agama. Kami yang dikantor (walaupun tak semuanya Kristen) saja bisa kaget, tapi ini adalah sebuah kenyataan, dan kita hidup tengah-tengah realita ini.

Coba kita bandingan dengan hidup St. Lucy atau St. Agatha yang rela menjadi martir demi melindungi kesuciannya. Sayangnya, hidup modern di kota-kota besar membuat banyak sekali hal-hal yang tidak baik menjadi abu-abu; dan benih lalang, seolah-olah menjadi benih-benih yang baik.

Tetaplah setia

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-213 ini, kita semua berawal dari benih yang baik. Hidup di tengah lalang tidaklah gampang dan dapat menghancurkan. Karena itu teman-teman, jangan pernah lelah untuk tetap setia kepada Tuhan Yesus. Sama seperti Musa di bacaan pertama, walaupun semua orang telah berpaling kepada lembu emas, ia satu-satunya yang tetap setia. Hiduplah di dalam komunitas yang dapat saling memberi penguatan dan peneguhan. Hanya dengan demikian kita bisa tetap berdiri teguh hidup di tengah2 benih lalang.