Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-44 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” (Yakobus 1:13-14)

 

Ada seorang bapak yang semasa mudanya kerja tak ingat waktu & makan apa saja tanpa memperhatikan kesehatan, yang penting enak & murah katanya. Apapun yang dilakukan/diperhitungkan, ukurannya selalu uang/materi.

Ketika memasuki umur 60 tahun, dia bercerita bahwa dia mulai sering mengalami sakit ini itu (darah tinggi, kolesterol, gula dll), dan sempat mengalami stroke. Anak-anaknya setiap bulan rajin mengirim uang, namun mereka sibuk dengan urusan karir & karena relasi orang tua-anak yang tidak dekat, membuat si bapak lebih sering pergi ke dokter hanya ditemani oleh supir. Tabungannya banyak dihabiskan untuk berobat kesana sini.

Ketika muda, istrinya mencoba mengingatkannya, dan selalu dia jawab, “Tenang.. Ngga apa apa, masih muda kok..” Sekarang ketika istrinya sudah tidak ada di sampingnya & dia mulai sakit-sakitan, setiap kali temannya menjenguk, beliau mengeluh, “ini cobaan dari Tuhan yang harus saya jalani!” Melihat keadaan beliau & mendengar jawabannya membuat hati ini sedih ?

Lewat setiap ujian/cobaan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita, mari kita merefleksikan diri, apakah dengan mudah kita menyalahkan Tuhan seperti bapak di atas? Atau justru sebaliknya momen ini menjadi peringatan & kesempatan untuk kita mengintrospeksi diri?

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-44 ini, mari kita mohon bimbingan Tuhan agar dapat menggunakan kehendak bebas yang kita miliki sebagai anak2Nya dengan bijaksana & bertanggung jawab ?

Memiliki perspektif hidup yang benar akan menuntun kita pada prioritas hidup yang tepat juga.