MELAYANI DENGAN KERENDAHAN HATI

Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-136 dari 365 halaman dalam tahun.

 

Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. (Kis 14:22)

 

Kalau kita ikuti bacaan ini dari sebelum-sebelumnya, ini adalah perjalanan Paulus dan Barnabas dalam memberitakan injil di beberapa kota. Mulai dari disembah karena dianggap seperti dewa Zeus dan Hermes sampai mereka dilempari batu dan diseret keluar dari kota. Jadi nasehat mereka kepada murid-muridnya (dan kepada kita yang membaca refleksi harian Katolik ini) lahir dari pengalaman mereka, bukan cuma sekedar omong doank dan penghiburan belaka.

Pengalaman melayani merupakan pengalaman yang menguji dan sekaligus juga membentuk karakter kita salah satunya adalah dalam hal kerendahan hati dan kesetiaan.

Kalau kita tidak benar-benar mengenal dan melekat pada Tuhan yang kita beritakan, tentu akan mudah sekali iman kita terombang-ambing ( terbuai oleh pujian atau terluka oleh penolakan)

Saya salut banget sama Paulus yang setelah dilemparin batu dan diseret keluar dari kota yang baru aja dia berkati, dia bangkit lagi dan bersama Barnabas tetap memberitakan injil ke kota-kota lain. What a spirit!

Di halaman ke-136 ini, marilah kita renungkan lewat pelayanan dan tanggung jawab yang Tuhan percayakan pada kita dalam keluarga, tempat bekerja dan komunitas/masyarakat yang tidak selalu lancar-lancar saja. Waktu ada tantangan, penolakan, perlakuan tidak adil yang kita terima, apakah kita bisa seperti Paulus tetap semangat dan setia untuk memberitakan Dia dan berjalan dalam kebenaran? Atau apakah saya cuma semangat waktu dipuji-puji, didewakan, dihormatiKarena dalam keadaan inilah, kita sendiri baru bisa menguji hati dan iman kita kepada Dia (kalau Tuhan itu tentu sudah tahu hati kita karena tidak ada yang tersembunyi bagiNya bukan?)

Semoga setiap hari kita semua bisa mengalami pengalaman damai sejahtera yang Dia janjikan yaitu “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yoh 14:27). Damai sejahtera yang lahir dari kerendahan hati, seperti yang Mother Teresa katakan lewat pengalaman hidupnya seperti Paulus dan Barnabas “if you are humble, nothing will touch you, neither praise nor disgrace, because you know what you are”,