Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-142 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yakobus 4:2-3)

 

Masih ingat pengalaman pantang puasa yang lalu? Apakah masih ingat juga rasanya saat tubuh kita memberontak dan ingin menyerah? Buat saya, pikiran jadi dipenuhi 1001 alasan yang terasa valid dan make sense untuk menyerah. Pengalaman itu pastilah lebih berat buat yang berpuasa dari addiction. Kira-kira begitulah yang ada di benak saya saat membaca penggalan ayat di atas. Syukurlah kalau sedang puasa Tuhan mengingatkan selalu dan memberi kekuatan untuk menang. Pertanyaannya bagaimana yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari? Kiranya rajin berpuasa melatih diri kita mengekang hawa nafsu tersebut. Hawa nafsu dunia membawa kita pada belenggu kepuasan semu yang berujung pada perpecahan.

Tidak satupun manusia bebas dari hawa nafsu. Pada Injil hari ini kita baca bahwa para rasul Kristus pun mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Namun jangan kita berkecil hati, Yesus sebagai manusia dalam puasaNya di padang gurun telah menang dari godaan makanan, harta / kuasa, kesombongan. Mari kita belajar dariNya untuk tunduk pada Allah dan melawan iblis. Untuk merendahkan diri di hadapan Allah, agar Ia sendirilah yang meninggikan kita kelak.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-142 ini, janganlah kita bersahabat dengan dunia dan menjadikan diri kita musuh Allah. Mari kita ingat kembali bahwa kehidupan manusia di bumi hanyalah sesaat saja. Dengan demikian hidupilah hari ini dengan sebaik mungkin, dengan penuh semangat dan sukacita Tuhan.