BERSYUKUR UNTUK SETIAP MASALAH

Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-143 dari 365 halaman dalam tahun.

 

Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.” Kis 16:26

 

Setiap manusia di muka bumi ini pasti mengalami yang namanya masalah. Masalah datang tidak pandang status, kekayaan, intelektual, usia. Dan apa yang kita lakukan saat masalah datang akan mempengaruhi hasil akhir dari masalah tersebut. Contohnya saja banyak orang di dunia takut dengan “masalah”. Kalau masalah datang pengennya kabur. Kalau ga bisa kabur ya dilempar aja ke orang laen.

Hari ini kita melihat cara Paulus dan Silas menghadapi masalah. Mereka didera dan dimasukan penjara. Apakah mereka berusaha kabur? Tidak. Mereka menghadapi kesusahan dengan berani. Bukan dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Tetapi dengan mengandalkan Tuhan, yang mereka ekspresikan dengan berdoa dan menyanyikan pujian-pujian bagi Tuhan di dalam penjara. Bahkan orang-orang hukuman laen di sana juga melihat dan mendengar mereka. Lalu apa yg terjadi? Tiba-tiba terlepaslah belenggu yang mengikat mereka dan pintu penjara terbuka. Mereka tidak berusaha kabur dari masalah mereka, tetapi Tuhanlah yang membuat mereka lepas dan keluar dari “masalah” mereka. Dan tidak hanya itu, kepala penjara pun terheran-heran dan dia berikut seisi keluarganya jadi bertobat dan dibaptis.

Di dunia kita memiliki paradigma bahwa namanya masalah itu buruk dan menakutkan. Kita sebagai pengikut Kristus percaya tidak kalau segala yang Tuhan jadikan adalah baik? Termasuk masalah dalam hidup kita?

Beberapa saat lalu anak saya mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di ususnya (yang pernah disharing-kan dalam refleksi harian Katolik ini sebelumnya). Dia begitu kesakitan dan sebagai orang tua kami tidak bisa berbuat banyak karena dokter tidak memberi obat apa-apa. Kami berdoa untuk dia, bahkan kita suruh dia juga doa minta Tuhan Yesus sembuhkan. Itu adalah masa-masa yang tidak mudah, yang kita pandang sebagai “masalah”. Setelah akhirnya dia sembuh, luar biasa perbedaan yang terjadi di diri dia. Tidak hanya fisiknya tetapi juga rohaninya. Dia tau banyak orang yang care berdoa untuk dia, tetapi juga dia tau dia bisa mengandalkan Tuhan. Sekarang ketika ada “masalah” datang dia langsung merem dan mengatupkan tangan berdoa pada Yesus. Ini hal yg terjadi bukan karena saya koar-koar soal berdoa, tetapi karena ia telah mengalami sendiri karya Tuhan di atas masalahnya. Saya sebagai orangtua sangat bahagia karena inisiatifnya untuk berdoa telah tertanam dan akan dia bawa terus sampai dewasa nanti. Terima kasih Yesus.

Refleksi harian Katolik halaman ke-143, apakah pandangan Anda kepada “masalah” yg Anda hadapi? Mari kita belajar seperti Paulus dan Silas, untuk berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan. Dan saya percaya di balik setiap masalah yang kita hadapi terletak begitu banyak rahmat dan berkat yang menanti. Percayakan Anda?