Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-205 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” (Matius 12:48)

 

Wuih… keras juga ya ucapan Yesus yang seakan-akan menyelepelekan keberadaan ibuNya dan saudara-saudaraNya. Benarkah demikian? Dan apa korelasi bacaan Injil dengan nubuat Nabi Mikha yang berisikan doa penuh pengharapan yang memohon kemurahan Allah?

Beberapa waktu yang lalu, kita sudah membaca latar belakang penulisan nubuat Nabi Mikha yang penuh dengan peringatan dan teguran karena kebebalan hati manusia sehingga sudah tidak takut lagi akan Allah dan akibatnya banyak sekali orang Israel terjerumus ke dalam dosa atau dengan kata lain mereka tidak menuruti kehendak Allah!

Ucapan Yesus di dalam Injil hari ini sepertinya berisi ketidakhormatan kepada ibuNya; namun coba baca di ayat 50 yang berbunyi, “Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”.

Coba renungkan, adakah di antara anda yang pernah mengalami ujian iman seperti Ibu Maria? Ia berani menghadapi kemungkinan mati dirajam saat menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung walau belum bersuami? Ini justru suatu tantangan besar bukan karena Ia meremehkan ibuNya.

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-205, mari jadikan ujian-ujian iman yang anda dan saya alami sebagai sarana mencapai pertobatan sempurna sebagaimana dihimbau Nabi Mikha. Dengan demikian anda dan saya akan sanggup menuruti kehendak Allah di dalam keseharian kita. Dan akhirnya sebutan saudara/i Yesus menjadi milik kita semua. Tuhan memberkati.