BERHARGANYA KEMURAHAN BAPA

Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-178 dari 365 halaman dalam tahun.

 

“Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.” (Mat 7:6)

 

Pada saat itu, anjing dan babi termasuk dalam golongan binatang liar. Mereka bukan binatang peliharaan, seperti yang kita bayangkan sekarang seekor anjing chihuahua atau husky yang cakep dan terawat yang keluar dari salon.

Mereka adalah binatang yang senang bermain dengan kotoran/lumpur. Dan tidak cuma itu karena mereka liar maka mereka seringkali menyerang orang yang memberi mereka makanan.

Mereka mewakili pribadi-pribadi yang tidak dapat menghargai kemurahan, kebaikan dan nilai-nilai kekudusan/kebenaran karena mereka lebih menyenangi kotoran/dosa dan membiarkan hidup mereka dikuasai oleh hawa napsu dan kedagingan.

Saya pernah memiliki pengalaman menolong seorang kawan yang kecanduan judi. Dia terlihat sangat menyesal dan malu dengan kebiasaannya, lalu saya dan beberapa teman berusaha menolong dia dengan membayarkan hutangnya, dan membantu dia untuk keluar dari keterpurukannya.
Beberapa waktu kemudian, dia kembali mengulang lagi, dan menunjukkan sikap penyesalan lagi dan kami kembali menolong beliau dengan berbagai cara yang lebih aktif kali ini ( bayarin utangnya lagi, menemani dia ke tempat rehabilitasi, berdoa bersama, membantu mengatur keuangannya, menutup kartu kredit dll ) dan setelah semuanya terlihat baik-baik, kami mendapati lagi bahwa dia terus mengulang kebiasaannya dan kembali menyalahgunakan kemurahan, kebaikan dan belas kasihan teman-temannya ( ternyata modus yang dilakukannya adalah menghubungi teman-teman yang berbeda ) ?. Tentu sedih sekali ketika kami melihat keadaannya dan mengetahui bagaimana dia menyia-nyiakan kesempatan lepas kesempatan! ?

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman 178 ini, tentu sebagai anak Tuhan kita diajarkan untuk tidak jemu-jemu melakukan kebaikan dan menabur belas kasihan. Namun di sini satu hal yang bisa kita renungkan bahwa perubahan hidup seseorang adalah menjadi tanggung jawab orang tersebut dan harus lahir dari dalam diri kita masing-masing.

Dalam Roma 2:4 dikatakan “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?”

Bagaimana dengan kita? Apakah kita menyadari betapa berharganya pembaptisan, pengampunan dan sakramen-sakramen kudus yang kita terima selama ini? Atau ternyata di luar gereja, kita masih terus lebih suka bermain-main/kembali dalam kubangan dosa karena kita pikir tidak ada yang tahu?