Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-276 dari 365 halaman dalam tahun.

 

Ketika dua muridNya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Lukas 9:54) 

 

Kalimat diatas dilontarkan oleh Yakobus dan Yohanes karena Yesus dan para muridnya baru saja ditolak kehadirannya di sebuah desa Samaria. Mereka tersinggung, emosi atau kecewa?

Tentu kita semua pernah mengalami lebih dari satu atau dua kali pengalaman ditolak atau tidak dihargai niat baik kita. apakah reaksi kita seperti para rasul? mengumpat, menghujat atau malah sampai mengamuk? Dikatakan pada ayat selanjutnya, reaksi Yesus adalah, “Ia berpaling dan menegor mereka.” (Lukas 9:55)

Saya pernah mendengar sebuah slogan “Life is 10% of what happens to you and 90% of how you response to it.” Saya teringat pernah suatu hari ketika saya & teman saya sedang melihat-lihat kacamata di suatu etalase toko, tiba-tiba pegawainya datang menghampiri dan bilang “yang etalase ini kacamatanya mahal harganya, dek?!?” Lalu saya yang sudah emosi, diajak teman saya keluar. Respon teman saya singkat, dia bilang “Buat apa diladenin, buang energi dan buat dosa. Karena bagaimana dia memperlakukan customernya itu bukan urusan kita, itu mencerminkan siapa dia, bukan siapa kita.”

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-276, Yesus tidak menggunakan kuasa dan otoriterNya untuk memaksa orang menerima Dia atau menjadi takut akan Dia. Bagaimana dengan kita? Apakah emosi kita gampang terpancing oleh situasi di sekeliling kita?

Menjadi pengikut Yesus, tidak hanya berarti kita mencintai dan melayani Dia tapi juga kita belajar untuk meneladani sikap Yesus kepada orang-orang yang menolak Dia. Kita diajar dan diajak untuk meresponi sesuai dengan ajaran kasih yang Yesus ajarkan pada kita karena respon kitalah yang mencerminkan bagaimana kualitas hati dan relasi kita dengan Dia.