Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-30 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” (Markus 5:28)

 

Salah seorang teman komunitas saya, sebut saja namanya Tobi, sewaktu muda terjebak dalam kehidupan seks bebas. Selain itu, dia juga memakai obat-obatan, bermain bisnis kotor, dll. Oleh karena kebiasaan itu, Tobi akhirnya tak sengaja menghamili seorang wanita panggilan (yang lalu menjadi istrinya). Walaupun anak itu hasil dari hubungan di luar nikah, saya bisa melihat bagaimana Tobi sangat sayang pada anak perempuannya.

Singkat cerita, setelah sekian tahun, istri Tobi memutuskan untuk meninggalkan Tobi untuk menikah dengan pria lain yang lebih kaya. Hal ini memberi pukulan besar pada Tobi, membuat dia ingin berubah demi bisa memenangkan anaknya kembali. Saya masih ingat suatu ketika, Tobi pernah curhat ke saya sewaktu ikut misa, “Coba kalau saya bisa pegang jubahnya Pastor, pasti semua permasalahan saya akan sembuh“. Dalam hati kecil saya ketawa, “iihh, mana bisa sih yang gituan terjadi..

Memang Tobi tidak langsung pada saat itu juga sembuh total. Istrinya tak pernah kembali padanya. Tapi kalau dilihat sekarang, hidup Tobi sangat jauh berubah. Dia tak lagi bergaul dengan wanita-wanita panggilan, atau obat-obatan terlarang. Bisnis dia pun sudah mulai meningkat lagi. Kalau saya ingat-ingat kembali, oleh karena imannya, saya rasa Tobi sudah sembuh sebelum ia menyentuh jubah si Pastor.

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-30, seperti Tobi, saya juga sering merasa masalah saya jauh lebih besar. Mana mungkin sih bisa selesai hanya dengan berdoa? Atau hanya dengan menyentuh jubah Yesus? Meminjam istilah teman saya, otak kita hanya sebesar bakpau, tak akan mampu menampung/mengerti cara kerja Tuhan. Karena itu, selama kita telah 100% berusaha, yang tersisa adalah kita harus 100% percaya. Sejalan kata Tuhan Yesus “Jangan takut, percaya saja!” (ayat 36)