Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-65 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
Yesus berkata padanya, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (Matius 18:22)
Ayat di atas merupakan jawaban Yesus atas pertanyaan Petrus tentang berapa kali dia harus mengampuni saudaranya yang berbuat dosa kepadanya.
Jawaban Yesus ini mengajarkan Petrus dan kita pengikut Yesus untuk mengampuni tanpa batas, sebagaimana Tuhan sendiri mengampuni kita tanpa batas. Untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan, syaratnya adalah kita harus bisa mengampuni orang lain. Melalui pengampunan ini seseorang dapat memperoleh penyembuhan atas luka batin yang dideritanya.
Seorang teman kuliah saat ketemu di sebuah reuni curhat mengenai hidupnya. Ia seorang single mother yang berulang-ulang disakiti hatinya oleh putri tunggalnya. Padahal sebagai single mother ia bekerja mati-matian untuk mengirim anaknya keluar negeri agar mendapat pendidikan yang terbaik.
Saat ini anaknya sudah berkeluarga dan mempunyai tingkat hidup yang baik. Tetapi apa yang diperjuangkan sang ibu ini seakan tidak membuahkan hasil yang baik. Anaknya masih saja suka berbuat hal-hal yang menyakiti hati si ibu dikarenakan batinnya yang terluka, seakan anak itu merasa dijauhkan dari mamanya saat ia masih terlalu muda. Namun, tiap kali terjadi pertengkaran dengan anaknya, meskipun dia merasa sakit hati, tapi sebentar saja teman saya ini sudah bisa mengampuni anaknya.
Halaman 65 ini mengajak kita, anda dan saya untuk mau mengampuni kesalahan-kesalahan saudara kita tanpa batas sebagaimana Yesus mau mengampuni orang-orang yang menyalibkan Dia.
Jangan membiarkan kita menyimpan luka, dan terus menekan luka kita di dalam alam bawah sadar kita. Luka di alam bawah sadar dapat menimbulkan penyakit psikis yang bisa disembuhkan bila kita menyadari dan mempunyai kemauan untuk disembuhkan. Tetapi luka yang terus menerus ditekan akan menimbulkan penyakit yang serius seperti kanker.
Maukah kita disembuhkan? Marilah kita mau mengampuni tanpa batas. Amin.