Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-220 dari 365 halaman dalam tahun.

 

Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: “Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” (Matius 15:10)

 

Perkataan itu merupakan tanggapan Yesus akan teguran orang Farisi dan ahli taurat terhadap murid-murid Yesus yang dianggap tidak mengikuti adat istiadat Yahudi. Lebih lanjut Yesus menerangkan bahwa sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke perut dan berakhir di jamban. Sedangkan sesuatu yang keluar dari mulut berasal dari hati bisa menajiskan orang, karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.

Apakah ucapan Yesus itu berlaku untuk orang pada masa ini?

Suatu ketika saya ikut sebuah pengajaran yang di dalamnya membahas tentang berbohong untuk kebaikan. Apakah boleh untuk berbohong untuk menyelamatkan orang? Pada waktu itu dipakai ilustrasi seorang istri yang membukakan pintu untuk seorang tamu yang beringas membawa pisau di tangan sambil berkata, “Dimana suami kamu? Kurang ajar dia biar kubunuh saja orang itu!”

Menurut ajaran moral dan agama, berbohong adalah salah dan dosa, tapi sebuah kejujuran untuk mengatakan bahwa suaminya ada dirumah bisa membuat keadaan fatal. Itu merupakan satu contoh bahwa apa yang keluar dari mulut bisa membahayakan.

Baru juga berlalu, kejadian seseorang yang difitnah akibat ucapannya yang direkayasa sehingga dia harus mendekam dalam penjara. Di kala lain, pastor dalam kotbahnya mengatakan agar kita berhati-hati berucap karena gosip itu juga bisa merugikan orang lain.

Hari ini gereja memperingati Santo Dominikus dari Osma, seorang imam pendiri Ordo Predicatorum, ordo pengkotbah atau dikenal sebagai Ordo Dominikan yang berciri kontemplatif dan aktif. Ordo ini berdiri di zaman gereja diserang oleh bidaah, suatu aliran sesat. Para Dominikan menyelamatkan pengikut Kristus dengan kotbah-kotbah dan doa-doa mereka, terlebih melalui doa-doa rosario yang mereka daraskan.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-220 ini, marilah kita belajar menguasai diri kita dengan berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara agar tidak menyakiti hati orang lain atau membuatnya tersinggung. Perkataan kita yang terucap dengan tidak hati-hati, dapat mencelakakan orang lain dan bahkan diri sendiri.

Bagaimana cara untuk menguasai perkataan yang keluar dari mulut kita? Mari belajar dari ajaran dan kehidupan Tuhan kita Yesus, sumber dari segala kebenaran. Dia berkata “Belajarlah dari pada-Ku yang lemah lembut dan rendah hati”, sehingga mustahil perkataan seorang yang lemah lembut dan rendah hati bisa mencelakakan orang lain.