Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-274 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
“Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” (Lukas 9:48)
Pada Injil hari ini, ketika mengetahui murid-muridNya bertengkar tentang siapa yang terbesar diantara mereka, Yesus malah mengambil seorang anak kecil sebagai contoh bagi para murid.
Dari sini kita bisa melihat bahwa cara Bapa memandang siapa yang terbesar ternyata berbeda dengan cara dunia! Kalau dunia melihat siapa yang terpenting mungkin berdasarkan kehebatan, kekuatan, kekayaan, kepintaran, koneksi dan sebagainya, tidak demikian dengan Bapa. Seorang anak kecil menggambarkan orang yang powerless, orang yang tidak punya apa-apa secara dunia, orang yang mungkin di anggap remeh oleh orang lain, atau tidak berdaya – tetapi orang seperti inilah yang dipilih oleh Yesus.
Bersama para rasul, hari ini Yesus mengajak kita untuk belajar menanggalkan ego kita. Pada akhirnya apa yang kita punya sekarang ini di dunia, bukanlah jaminan kita masuk sorga, bukan juga jaminan bahwa kita berkenan di mata Allah. Seperti kata Ayub, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayub 1:21)
Kita pun harus menyadari apa yang kita miliki saat ini, adalah anugrah Tuhan semata. Jika kita benar-benar menyadari akan hal ini, maka kita pun pasti akan bisa menjadi orang yang lebih rendah hati seperti seorang anak kecil.
Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-274 ini, marilah kita berlomba-lomba untuk menjadi yang ‘terkecil’ di dunia. Dalam artian kita menjadi orang yang egonya rendah, yang menanggap orang lain lebih penting dan tinggi dari kita, seperti Santa Teresia dari kanak-kanak Yesus yang pestanya kita rayakan hari ini.