Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-352 dari 365 halaman dalam tahun.

 

Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (Matius 1:19)

Kita semua pasti sudah hafal dengan cerita ini di luar kepala. Entah karena malu & marah atau takut & tidak layak, hanya Yusuf dan Tuhan yang tahu di balik keputusan yang hendak diambilnya. Namun di refleksi harian hari ini, saya bukan ingin mengajak teman-teman pembaca refleksi harian Katolik Epiphany untuk menebak-nebak sebenarnya apa yang sesungguhnya ada dalam benak & hati Yusuf ketika mengetahui apa yang terjadi. Bukan itu.

Kita manusia bisa berencana & tentu kita selalu berharap semua berjalan lancar seperti yang kita mau/pikirkan. Namun seringkali dalam kehidupan kita, berkat & rahmat Tuhan datang dalam bentuk/paket yang berbeda. dan respon kita menjadi takut, kuatir dan bahkan mungkin diam-diam meninggalkan (menjauhi) Dia.

Lewat bacaan hari ini, kita melihat bagaimana Tuhan selalu punya cara untuk berkomunikasi dengan anak2Nya,  Tuhan tahu hati anak2Nya yang terdalam melebihi siapapun.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-352 ini, maukah kita belajar seperti Yusuf untuk percaya & tetap setia padaNya? Percaya pada Tuhan termasuk percaya pada proses bagaimana Tuhan bekerja; percaya padaNya termasuk percaya pada cara & waktu Tuhan bekerja.

Natal adalah peristiwa kelahiran Yesus, dimana lewat sepasang suami istri yang taat dan setia, yang dengan rendah hati mengambil bagian untuk percaya pada rancanganNya. Kita melihat bagaimana kemuliaan Tuhan dinyatakan dalam hidup mereka.