Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-78 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
“Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.” (Lukas 2:51)
Sulit rasanya membayangkan apabila ada seorang ibu yang dengan susah payah mencari anak semata wayangnya yang hilang, begitu ketemu malah dijawab “Mengapa kamu mencari Aku?”
Pada saat saya kecil dulu, setahu saya, jika seorang anak menjawab seperti jawaban Yesus tadi, anak itu pasti akan diomeli habis-habisan, bisa-bisa juga ditempelengi oleh bapaknya. Salut luar biasa, bunda Maria tidak mengomeli Tuhan Yesus, melainkan menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya (ayat 51). Dan semua ini terjadi saat keluarga kudus ini sedang berziarah (beribadah) ke rumah Tuhan.
Membawa anak ke gereja pasti tidaklah gampang. Boro-boro mau fokus, yang ada malah capek, bikin kesel, dan malu kalau si anak berteriak-teriak pada saat konsekrasi. Akhirnya banyak teman-teman saya di Sydney, yang memilih untuk tidak ke Gereja sama sekali. Setelah si anak agak besar, mereka baru panik, karena tidak diterima di sekolah Katolik, akibat tidak dikenal oleh pastor/romo lokal.
Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-78, hari ini kita memperingati hari raya St. Yusuf (suami Maria). Peran orang tua, termasuk ayah, sangat penting untuk memperkenalkan iman Katolik bagi anak-anak. Hidup dan Gereja tidak stop selesai misa, setelah pulang pun tugas kita belum selesai. Ibadah kita akan tetap berlanjut di rumah dan dalam kehidupan sehari-hari. Perjuangan Bunda Maria dan St. Yusuf akhirnya bisa kita lihat hasilnya, ketika Tuhan Yesus bertambah besar, Ia tumbuh menjadi seorang penyelamat dunia.
Apakah ada orang tua yang ingin anaknya tumbuh jadi berandalan? Mencontoh keluarga kudus hari ini, walau capek, jangan sampai kita kehilangan semangat untuk tetap membawa anak ke gereja. Dengan ini, kita memupuk iman mereka, mulai dari sejak dini, sehingga sewaktu besar, mereka bisa tumbuh menjadi seorang yang mengenal Tuhannya. Amin.