KETIDAKSEMPURNAAN KITA ADALAH KESEMPURNAAN BAGI ALLAH

Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-205 dari 365 halaman dalam tahun.

 

“Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda.” Mat 12:39

 

Orang yang sombong, merasa dirinya pintar, apabila merasa tersaingi, maka mereka akan berusaha segala cara untuk menyingkirkan saingannya. Begitulah yang terjadi dengan orang Farisi di bacaan Injil hari ini. Mereka akan kesulitan untuk melihat tanda-tanda kehadiran Kristus didalam hidup mereka.

Gejala penyakit ke-Farisi-an ini rasanya masih mewabah sampai saat ini. Bukan cuma orang pintar, tapi juga orang kaya yang tak pernah merasa berkecukupan akan selalu merasa tak puas dan menuntut “tanda” lebih banyak. Tak heran mereka akan susah untuk bersyukur dengan apa yang mereka miliki. Untuk orang seperti ini, Yesus menegur mereka dgn keras!

Sewaktu kecil, saya punya seorang tante, sebut saja namanya Claire. Claire orangnya secara financial biasa saja. Dia tak punya ambisi macam-macam, rumah cukup menyewa saja, liburan yang lokal, makanan tak perlu mewah. Sehingga ketika mendapat berkat sedikit saja, dia bersyukur luar biasa. Memang orang yang rendah hati, dari hal-hal kecil saja gampang melihat “tanda” berkat dan kehadiran Tuhan di dalam hidupnya. Sehingga ketika mendengar cerita-cerita kesaksian mereka, membuat hati pendengar menjadi diteguhkan sekali. Mereka gampang dipakai menjadi perpanjangan Tuhan.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-205 ini. Yunus disamakan dengan Tuhan Yesus. Karena kedua pria ini hadir membawa kabar yang berujung keselamatan bagi umat manusia. Christ is a perfect man, but Yunus is not. Tuhan memanggil manusia-manusia yang tak sempurna. Mulai dari Yunus yang ogah2an, Petrus yang pernah menyangkal, Paulus bekas pembunuh para murid. Tapi semua bersedia untuk dipakai Tuhan to achieve His purpose. Demikian juga anda dan saya. Through our imperfections, our stories and experiences, Tuhan bisa memakai kita untuk menjadi perpanjangan tanganNya.