Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-267 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.” (Lukas 8:16)
Sewaktu SMA dulu saya teringat teman-teman suka mengejek seorang teman yang rajin belajar dan pergi ke gereja. Orang-orang baik seperti dia dikatain ‘sok alim’, seolah-olah berbuat baik hanya untuk dipuji orang. 15 tahun kemudian saya bertemu lagi dengan kawan ini, sekarang seorang dosen dengan PhD dan aktif melayani. Sikapnya tidaklah berbeda, ia tetap seorang yang baik, ramah dan pandai.
Memang kita tahu kalau manusia tidaklah lepas dari dosa. Tapi kenapa kadang kita menganggap orang yang berbuat baik itu ‘palsu’? Kita juga sering curiga kalau orang berbuat baik tanpa mendapat balasan. Kita lantas berkata, ‘Jangan-jangan dia ada maunya’ atau ‘Pasti dia ada niat jelek.’ Bukankah baik kalau orang lain berbuat baik dan saling menolong?
Terkadang mungkin pengaruh sosial seperti di atas juga mempengaruhi niat kita untuk berbuat baik. Kita jadi takut menolong orang lain karena takut dicap ‘sombong’ atau ‘sok kaya, sok alim, sok baik.’ Mungkin kita takut ditolak atau ‘tampil beda’ dari teman2 sekitar kita, atau mungkin juga kita jadi takut dijahati orang yang kita tolong?
Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-267 mengingatkan kita akan pesan Tuhan bagi kita, untuk berbuat baik dan menunjukkannya pada sekitar kita. Kata kitab Amsal: ‘Jangan menahan kebaikan!’ dan ‘jangan sembunyikan cahaya pelita kita!’ Inilah wujud kasih kita terhadap Tuhan dan sesama. Jangan lupa, di dalam kasih yang sempurna tidak ada ketakutan (1 Yohanes 4:18).