Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-85 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi (Yesaya 42:4a)

 

Siapa yang tidak tahu Bruce Lee? Ada yang pernah nonton the Birth of the Dragon? Film tersebut diinsipirasikan dari kisah nyata tentang satu pengalaman Bruce Lee bertarung dengan seorang rahib Shaolin, Master Wong.

Yang menarik adalah, sepertinya tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Master Wong tidak mau mengakui dirinya yang menang, karena kalau dia mengaku menang dia sesungguhnya sudah kalah dan gagal dalam usahanya untuk membuat Bruce Lee rendah hati. Tapi kalau dia mengaku kalah, dia benar-benar kalah karena makin membuat Bruce Lee sombong. Di akhir kisah dia justru mengakui dirinya kalah, namun di lain pihak, Bruce Lee pun mengakui bahwa Master Wong sesungguhnya sudah mengalahkan egonya dan justru memampukan ia melepaskan semua kesombongan pribadinya. ‘Kalah’ nya Master Wong justru memenangkan Bruce Lee.?

Sejak awal pelayanan, Yesus sudah tahu bahwa pada saatnya, Ia akan meninggalkan dunia dengan penumpahan darah. Kenapa? Karena tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan dosa. Sebagaimana dikatakan dalam nubuat Yesaya pagi ini, “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya.” Sekalipun Yesus harus mati di kayu Salib, tidak berarti Ia kalah! Justru kemenangan ada di tanganNya, karena manusia bisa diselamatkan!

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-85, Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi. Karya terbesar pengurbanan Yesus di kayu Salib tidak membuatNya kalah atau pudar. Justru Salib menjadi lambang kemenangan anda dan saya! Di dalam Nama Yesus, ada kemenangan! Dia menegakkan hukum di bumi, Hukum Kasih! Pertanyaannya, pernahkah anda dan saya mengalah untuk memenangkan jiwa orang lain? Ataukah justru mengumbar emosi dan melalaikan Hukum KASIH? Tuhan memberkati