Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-190 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.” (Matius 9:21)

 

Membaca Injil hari ini serasa mengalami déjà vu. Perikop yang sama kita baca di hari Minggu tanggal 1 Juli kemarin. Bedanya kalau hari itu kita membaca Injil karangan Santo Markus, hari ini kita membaca Injil karangan Santo Matius. Satu hal yang mau diangkat hari ini adalah tentang pengalaman perjumpaan perempuan yang mengalami pendarahan selama 12 tahun dan Tuhan Yesus.

Biarpun setiap orang mempunyai kemampuan menderita berbeda-beda, saya cukup yakin perempuan ini setelah 12 tahun menderita, pasti menjadi desperate juga. Mungkin karena itulah ia, yang dipandang najis (karena pendarahan) oleh sesamanya, berani menghampiri Yesus yang pastinya dikerumuni murid-murid dan banyak orang lainnya. Namun patut kita contoh bahwa biarpun merasa desperate, perempuan ini tetap gigih dan tidak menyerah. Saat ia mempunyai kesempatan berada dekat Yesus, ia menjamah jubah Yesus dan menjadi sembuh. Pengalaman kegagalannya tidak mengurangi keyakinannya bahwa Yesus dapat menyembuhkan dia dari penderitaannya.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-190 ini, mari kita refleksikan, kalau saya sedang ‘baik-baik saja’, apakah saya tetap mencari dan mengandalkan Tuhan? Kalau saya sedang desperate, apakah saya kompromi terhadap kehendak Allah dan mengandalkan kekuatan saya sendiri? Apakah saya cukup gigih berjuang?

Kiranya Tuhan memberkati kita di dalam apapun pergumulan yang kita hadapi. Semoga kita meresponi pergumulan tersebut dengan benar, sehingga Yesus juga akan berkata kepada kita: “Teguhkanlah hatimu, hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau.”